Islamic Widget

Senin, 20 Juni 2011

10 Cara Menjemput Rezeki

Rezeki tidak selamanya berarti materi. Namun ada hal yang jauh lebih indah dari materi, yaitu kekayaan hati.

Uang mudah dicari,namun kekayaan hati jarang dimiliki setiap insan di bumi ini. Padahal,dengan memiliki kekayaan hati maka akan dipermudah dalam mencari rejeki,termasuk materi.

Nah,berikut adalah 10 Cara Menjemput Rejeki:


1. Taqwa.
“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan jalan keluar baginya. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya,” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)”.

2. Tawakal.
Nabi Muhammad SAW bersabda: “Seandainya kamu bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, niscaya kamu diberi rezeki seperti burung diberi rezeki, ia pagi hari lapar dan petang hari telah kenyang.” (Riwayat Ahmad Tirmizi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Al Hakim dari Umar bin al Khattab r.a)

3. Shalat.
Firman Allah dalam hadist qudsi: “Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas mengerjakan empat rakaat pada waktu permulaan siang (sholat dhuha), nanti pasti akan aku cukupkan keperluanmu pada petang harinya.” (Riwayat al-Hakim dan Thabrani)

4. Istighfar.
“Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12)

“Barang siapa memperbanyak istighfar (mohon ampun kepada Allah), niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan keluar dan untuk setiap kesempitannya kelapangan, dan Allah akan memberinya rezeki (yang halal) dari arah yang tiada disangka-sangka,” (HR Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa’i, Ibnu Majah dan al-Hakim).

5. Silaturahmi.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “ Siapa yang senang untuk dilapangkan rezekinya dan diakhirkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), hendaknyalah ia menyambung (tali) silaturahmi.” (HR Bukhori)

6. Sedekah.
Sabda Nabi s.a.w.: “Tidaklah kamu diberi pertolongan dan diberi rezeki melainkan karena orang-orang lemah di kalangan kamu.” (Riwayat Bukhori)

7. Berbuat Kebaikan.
“Barang siapa yang datang dengan (membawa) kebaikan, maka baginya (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan barang siapa yang datang dengan (membawa) kejahatan, maka tidaklah diberi pembalasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu, melainkan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS Al qashash: 84).

Nabi bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak akan zalim pada hambaNya yang berbuat kebaikan. Dia akan dibalas dengan diberi rezeki di dunia dan akan dibalas dengan pahala di akhirat.” (HR. Ahmad)

8. Berdagang.
Dan Nabi SAW bersabda: “Berniagalah, karena sembilan dari sepuluh pintu rezeki itu ada dalam perniagaan.” (Riwayat Ahmad)

9. Bangun Pagi.
Fatimah (Puteri Rasulullah) berkata bahwa saat Rasulullah melihatnya masih terlentang di tempat tidurnya di pagi hari, beliau (S.A.W) mengatakan kepadanya, “Puteriku, bangunlah dan saksikanlah kemurahan hati Allah, dan janganlah menjadi seperti kebanyakan orang. Allah membagikan rezeki setiap harinya pada waktu antara mulainya subuh sampai terbitnya matahari.” (HR. Al-Baihaqi)

10. Bersyukur.
“Sesungguhnya jika kami bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS Ibrahim: 7).

Karenanya apapun rezeki yang kita harapkan maka akan selalu ada langkah yang harus kita usahakan. Dan yang paling utama adalah selalu memelihara rasa syukur terhadap semua yang sedang kita miliki sekarang.

Sumber: Majalah Zakat Nurani, DPU Kaltim, Ed 06/1430 H

Jumat, 17 Juni 2011

Jodoh Paksaan

Namanya Mashudi. Pria berusia 36 tahun ini mengadu nasib mulai dari Klaten, Jakarta hingga Denpasar. Bekerja sebagai Kepala Sekolah SMP Islam Terpadu di Denpasar membuatnya lupa kalau usianya tidak muda lagi.

Maklum, di usianya yang cukup dewasa itu beliau belum menikah. "Masih belum ada yang cocok," katanya.

Setiap hari, beliau selalu berbagi cerita denganku. Mulai dari urusan pekerjaan, lingkungan sekolah, keluarga sampai urusan pribadinya, termasuk kriteria calon istri yang diidam-idamkannya. "Aku hanya mau menikah dengan dokter," jawabnya singkat.

Jadi, setiap hari aku disibukkan dengan curahan hati seorang kepala sekolah yang sibuk mencari pasangannya.

"Jodoh kita tentu sudah disiapkan oleh Tuhan. Kita tinggal berusaha menjemputnya. Tapi kita juga berhak menentukan jodoh kita seperti apa, untuk melengkapi hidup kita," jelasnya padaku lagi.

Aku hanya diam dan lebih banyak mendengarkan nasehatnya. Sebagai mahasiswa semester awal di perguruan tinggi di Denpasar itu, aku masih awam urusan masa depan, terutama jodoh.

Selama dua tahun menemani curhat, tak satupun wanita yang cocok dengan kriterianya. Kebanyakan ditolaknya. Kalaupun ada, wanita itu terpaut usia cukup jauh. Kendalanya datang dari orang tua si wanita yang tidak menyetujui pernikahan beda usia lebih dari 15 tahun tersebut.

Alhasil, beliau hanya pasrah sambil menunggu wanita idamannya, seorang dokter berjilbab.

Tiga tahun berlalu, datang seorang ustadz yang menawarkan seorang wanita berjilbab, namun profesinya hanya seorang perawat, belum menjadi dokter.

"Kalau ente menolak lagi (perawat), ente cari sendiri," ancam ustadz tersebut kepada pak Mashudi. Aku yang berada di samping mereka lagi-lagi hanya diam.

"Sabet aja Mas," ucapku lirih.

Sembari memberikan biodata dan foto si perawat,ustadz tadi memberikan petuah macam-macam. Menurut beliau,"Age is just a number. But young is forever." Meski usia sudah tidak lagi muda, tapi semangat muda harus tetap menyala.

Yahhhh, umur memang hanyalah angka. Bisa dianggap itu berkurang atau bertambah. Namun, Tuhan tidak akan menambah umur seseorang kan? Pastinya, si pemilik dunia seisinya ini sudah menentukan kadar usia masing-masing manusia, termasuk pula urusan jodoh.


Ustadz tadi kembali berujar,“Life is not a matter of chance, but a matter of choice." Manusia memang selalu diberikan kesempatan-kesempatan untuk diambil. Masalahnya, apakah manusia mau mengambil atau memilih kesempatan-kesempatan yang datang tersebut.

Decisions are the hardest to make especially when its a choice between where you should be and where you want to be.”

Kini, aku sudah empat tahun lebih berpisah dengan pak Mashudi dan ustadz "Pemaksa Jodoh" itu. Aku pun bekerja di ibukota dan kehilangan kontak dengan mereka. Namun kabarnya, pak Mashudi resmi menikahi perawat tadi. Beruntungnya, si perawat tadi adalah putri seorang purnawirawan ABRI di kota kembang,Bandung. Padahal, pak Mashudi adalah anak desa di kaki gunung Merapi di Klaten, putra anak petani dan ibu rumah tangga biasa.

"Sungguh beruntung kau pak Mashudi," kenangku.

Di antara B dan D, pasti ada C. Di antara "Birth" dan "Death" pasti ada Choice. Hidup itu pilihan, termasuk pilihan urusan jodoh.