Islamic Widget

Sabtu, 31 Januari 2009

Sudah Siapkah Untuk Menikah??

Pertanyaan itu sudah menggelayut sejak aku kuliah. Maklum beberapa temanku dengan bonek alias bondo nekat, berani untuk menikah. Lantas apa saja yang harus dipersiapkan?? kenapa sampai sekarang saya juga belum berani mengambil keputusan "itu"???

Medan juang itu tidak semudah medan berbuat, medan berbuat itu tidak semudah medan berbicara dan medan berbicara itu tidak semudah medan berpikir.

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya di antaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui." (Qs. AR-Rum: 21)

Terkadang apa yang kita perjuangkan tidak selamanya membuahkan hasil yang kita inginkan. Banyak keinginan kita yang Allah tunda kedatangannya, bahkan ada yang keinginannya tersebut Allah ganti dengan kehendak-Nya. Yakinlah bahwa pilihan Allah itu adalah pilihan terbaik, pilihan Allah itu adalah pilihan yang paling terbaik, berhusnudzonlah terhadap yang Allah berikan kepada kita.Yang jelas jika keinginan kita tidak tercapai, janganlah sekali-kali untuk menyesali hal tersebut, termasuk menyesali ketika jodoh kita tak kunjung datang.

Sebuah nasihat pernikahan dari Quraiys Shihab memandang
jodoh itu bukan dilihat dari kemiripan muka, bukan dilihat dari wajah yang mirip antara laki-laki dan perempuan tersebut. Tapi jodoh itu dilihat dari kemiripan kebiasaan kehidupan sehari-hari kita, misalkan orang yang suka dhuha pasti akan berjodoh dengan orang yang suka dhuha pula, begitu juga orang yang suka bershaum senin-kamis,maka Allah akan menjodohkannya dengan seseorang yang suka shaum senin-kamis juga.

Allah mendasari perjodohan kita dengan sebuah kebiasaan kita, kebiasaan yang senantiasa berbuah kemanfaatan. Maka,jika kita ingin berjodoh dengan perempuan/ laki-laki yang saleh/ah, maka yang pertama harus kita lakukan adalah bermuhasabah diri,sejauh mana tingkat keshalehan kita, sejauh mana penghambaan diri kita kepada Allah. Jangan sampai kita meminta jodoh yang shaleh/ah tapi kondisi iman kita jauh dari makna tersebut.

Allah berfirman," Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga).” (QS. An Nur 26).

Yang kedua yang harus kita lakukan dalam mencari jodoh adalah memperhatikan kelurusan niat kita. Hal ini sangat penting sebagai dasar pondasi kita ke depan dalam membangun rumah tangga. Jangan sampai niat kita hanya sebatas, maaf hanya mencari nafkah batin saja. Tapi di luar itu essensi dari sebuah pernikahan adalah mengharapkan ridho Allah dengan cara mengikuti sunnahyang telah Rasul ajarkan. Tentunya hal tersebut juga harus diraih dengan cara yang halal.

Rasulullah bersabda,"Barangsiapayang menikahkan (putrinya) karena silau akan kekayaan lelaki meskipun buruk agama dan akhlaknya, maka tidak akan pernah pernikahan itu dibarakahi-Nya. Siapa yang menikahi seorang wanita karena kedudukannya,Allah akan menambahkan kehinaan kepadanya, Siapa yang menikahinya karena kekayaan, Allah hanya akan memberinya kemiskinan. Siapa yang menikahi wanita karena bagus nasabnya, Allah akan menambahkan kerendahan padanya. Namun siapa yang menikah hanya karena ingin menjaga pandangan dan nafsunya atau karena ingin mempererat kasih sayang, Allah senantiasa memberi barakah dan menambah kebarakahan itu padanya."(HR. Thabrani).

"Janganlah kamu menikahi wanita karena kecantikannya, mungkin saja kecantikan itu membuatmu hina. Jangan kamu menikahi wanita karena harta / tahtanya mungkin saja harta/ tahtanya membuatmu melampaui batas. Akan tetapi nikahilah wanita karena agamanya. Sebab, seorang budak wanita yang shaleh, meskipun buruk wajahnya adalah lebih utama". (HR. Ibnu Majah).

Ketiga yang harus kita persiapkan adalah bekal nikah. Baik itu ilmu, mental maupun harta/ finansial. Ilmu akan senantiasa menjadi penunjuk arah jalan rumah tangga. Dengan ilmu ini kita dapat menilai kualitas rumah tangga dari pasangan tersebut, sejauh mana ketahanan mereka dalam mengarungi bahtera ini. Orang yang telah berilmu dalam nikah ini,ketika dihadapi dengan permasalahan rumah tangga, mereka akan senatiasa menjadikan masalah tersebut sebagi bumbu kahangatan yang akan merekatkan hubungan tersebut.

Beda dengan orang yang nikah tanpa dilandasi ilmu, pasangan ini senantiasa tidak akan kuat menghadapi rintangan, mudah goyah dan cenderung putus asa yang ujung-ujungnya akan menghadirkan sebuah keputusan yang Allah benci yaitu perceraian. Nabi bersabda: “Pekerjaan Halal yang paling dibenci oleh Allah adalah talak (cerai). (H.R. Abu Daud dan Ibn Majah).

Selain ilmu yang perlu kita persiapkan adalah terkait dengan mental pra dan pasca nikah kita. Kesiapan mental salah satunya terukur dari sejauh mana anda sanggup menerima pasangan dengan segala keunikannya, baik atau buruk dia adalah isteri anda. Mental perlu diperhatikan dalam rangka untuk mempersiapkan perubahan status sosial, yang tadinya individu / anak dari seorang ayah/ ibu,maka statusnya akan berubah jadi suami/ isteri ataupun Ayah/ ibu dari anak-anaknya nanti kelak. Belum lagi nanti ketika berbaur dalam kehidupan masyarakat, maka status sosialnyapun tentu akan akan berubah juga. Dalam hal ini dituntut sebuah kesiapan mental disertai dengan tanggungjawab yang besar agar nanti perubahan tersebut dapat diterima di lingkungan sekitar kita dan kitapun tidak kalah dengan perubahan tersebut.

Walaupun bukan hal yang utama, yang kita perlu persiapkan dalam pernikahan adalah salah satunya mengenai kesiapan finansial. Konteks ini tidak melihat dari sudut materialistik tapi lebih ke sudut realistik. Karena kebutuhan finansial rumah tangga akan terdebit secara kontinu dan banyak variasinya. Misalkan untuk membentuk keluarga Islami dalam rumah tangga tentunya banyak pembiayaan yang kita butuhkan dalam menyekolahkan anak-anak atau menafkahi kebutuhan sehari-hari isteri.

Hal ini realitas yang tak bisa dihindari dan realistik di sini juga bukan berarti muluk-muluk apalagi berlebihan. Finansial rumah tangga yang realistis adalah ekonomi rumah tangga yang dikategorikan layak, bukan kaya tapi bukan pula di bawah garis kelayakan.

Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya Yang Demikian itu Sungguh Berat, Kecuali Bagi Orang-Orang yang Khusyu. [ Al Baqarah : 45 ]

Semoga renungan ini bisa bermanfaat bagi diri ane sendiri maupun antum semua. Doakan, semoga saja tahun ini bisa lekas mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah warahmah. Amin...

Tidak ada komentar: