Islamic Widget

Sabtu, 15 Mei 2010

Kenduri Cinta

Ah..bagi yang suka dengan Cak Nun (Emha Ainun Nadjib) tentu tidak asing dengan kata-kata itu. Dialah yang menciptakan kosakata itu sebagai sebuah acara diskusi kerakyatan.

Tentunya, yang dihadirkan adalah tokoh-tokoh kerakyatan dan yang dibicarakan adalah hal-hal yang ada di sekitar rakyat. Tapi kadang juga banyak yang membicarakan pimpinan yang mendholimi rakyatnya.

Nah, acara Kenduri Cinta yang biasa dilangsungkan pada hari Jumat tiap pekan kedua setiap bulan ini selalu dinanti warga ibukota. Acaranya sendiri mengambil tempat di Taman Ismail Marzuki Jakarta.

Tema kali ini sih cukup berat, menawarkan cerita tentang nusantara. Intinya sih menegaskan kalau banyak peninggalan benda-benda kuno di Indonesia yang malah sudah berada di Belanda atau belahan bumi lainnya. Sehingga jika kita mau mencari sumber-sumber sejarah, maka harus mencarinya ke luar negeri.

Di sisi lain, negara kita ternyata sudah banyak mengandalkan dari negara lain. Lihat saja impor Indonesia. Ternyata tidak hanya beras saja, tapi juga singkong hingga garam.

Loh?
Itulah buktinya. Padahal negara kita sangat kaya raya. Gemah ripah loh jinawi. Istilahnya tongkat aja saat dilempar bisa menjadi tanaman. Naasnya, sebagai negara maritim hingga agraris, ternyata Indonesia tidak berhasil swasembada, bahkan hanya untuk singkong dan garam.

Ah..kalau ngurus negara tidak becus kayak gini jadi senewen sendiri. Mendingan kita benahi diri kita. Yaitu bagaimana meningkatkan pendapatan kita demi kemakmuran bersama.

Tahukah Anda kalau pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 2009 mencapai 4,5%? Dan tahukah Anda kalau pertumbuhan ekonomi Indonesia merupakan tertinggi ketiga setelah China dan India?

Itulah kekuatan ekonomi kerakyatan. Di saat negara lain pertumbuhannya minus, tapi Indonesia bisa keluar dari krisis karena ditopang ekonomi domestik.

Nah, di sini perlu lah ekonomi kerakyatan yang ditopang oleh jiwa wirausaha dari masing-masing warganya. Tapi jika dibandingkan dengan negara lain, jumlah wirausaha ini memang cenderung kecil, masih 0,18% dari total penduduk Indonesia sebesar 230 juta jiwa.

Ahhh..karena ini diskusi kerakyatan maka sebagai rakyat yang beradab hanyalah dituntut menjadi negara yang baik sesuai aturan yang dikeluarkan. Daripada pusing mikirin impor yang tidak jelas mendingan mikirin bagaimana menjadi pengusaha yang sukses, apapun itu.

Jangan kalah dengan monyet di Jepang yang menjadi pelayan restoran. Jadi, jangan lah Anda mau disamakan dengan monyet yang mau dibayar murah hanya untuk menjadi pelayan bos Anda.

"Itu sih kata diskusi dari Kenduri Cinta (dini hari ini)," kataku.

Tidak ada komentar: