Islamic Widget

Kamis, 21 Oktober 2010

Pertumbuhan Kredit Terlalu Cepat

Pertumbuhan penyaluran kredit perbankan nasional sampai September 2010 sebesar 21,5 persen dinilai terlalu cepat. Hal itu akan membuat laju inflasi meningkat.

”Sebenarnya perbankan tidak menjadi masalah dalam meningkatkan penyaluran kredit. Cuma kecepatan naiknya terlalu cepat,” ungkap Ekonom Universitas Indonesia Chatib Basri di Jakarta, Rabu (20/10/2010).

Chatib mengatakan, untuk mengimbangi laju inflasi yang sudah meningkat hingga enam persen dan pertumbuhan ekonomi di akhir tahun sebesar enam persen, pertumbuhan kredit perbankan nasional seharusnya hanya sekira 17-18 persen hingga akhir tahun ini. ”Jadi pertumbuhan kredit 21,5 persen melebih kapasitas. Padahal target inflasi hanya 5,8 persen,” tambahnya.

Apalagi, lanjut dia, pertumbuhan kredit tersebut lebih ditopang dari kredit konsumsi. ”Betul memang kredit konsumsinya terlalu tinggi. Saya tidak khawatir NPL-nya, tapi kenaikan kreditnya terlalu tinggi,” katanya.

Dihubungi terpisah, Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Ryan Kiryanto tidak sepakat dengan pendapat Chatib Basri sebab pertumbuhan kredit dimulai dengan angka yang rendah yaitu di level 10,9 persen pada 2009. Sedangkan hingga akhir September sudah naik mencapai 21,5 persen.

”Kalau dibandingkan dengan 2009 dengan akhir September memang tinggi karena dimulai dari angka yang rendah di 10,9 persen,” ungkap Ryan.

Menurut Ryan, jika melihat pertumbuhan kredit rata-rata di era Orde Baru sekira 20-25persen per tahun sehingga pertumbuhan kredit 21,5 persen, masih merupakan level netral (moderat). Perbankan masih bisa meningkatkan ekspansi kreditnya hingga akhir tahun.

Apalagi sesuai rencana bisnis bank (RBB) bank di tahun ini kredit dinaikkan 22-24 persen. Sementara itu, berdasarkan hasil operasi pasar terbuka (OPT), Bank Indonesia (BI) mencatat sampai pekan pertama Oktober 2010 total kucuran kredit perbankan mencapai Rp1.641,31 triliun. Jumlah ini naik Rp950 miliar dalam jangka waktu sepekan.

Kepala Biro Humas BI Difi Ahmad Johansyah mengatakan, kenaikan tersebut bersumber dari kenaikan kredit rupiah Rp1,41 triliun, sedangkan kredit valas turun Rp640 miliar.

Dengan demikian, selama 2010 jumlah kredit naik Rp211,11 triliun atau tumbuh 14,76 persen, dan secara tahunan (yoy), kredit naik Rp291,03 triliun atau tumbuh 21,55 persen. Dilihat secara per segmen, dibanding periode sama tahun lalu, kredit rupiah tercatat naik 21,26 persen, sedangkan kredit valas tumbuh lebih tinggi 23,40 persen.

”Pangsa kredit rupiah sangat dominan yakni mencapai 86,03 persen dari total kredit, sedangkan kredit valas hanya 13,97 persen,” katanya.

Selain itu, kredit rupiah juga naik pada tiga kelompok bank (bank persero, bank asing, dan BPD), kenaikan tertinggi terjadi pada kelompok BPD senilai Rp890 miliar. Sedangkan kelompok bank campuran dan swasta mengalami penurunan masing-masing Rp120 miliar dan Rp100 miliar.

Bunga Naik Lagi
Dalam laporan tersebut, BI juga mencatat terjadi kenaikan suku bunga dasar kredit (SBDK) rupiah sebesar lima bps dan suku bunga deposito rupiah satu bulan menunjukkan penurunan rata-rata sebesar satu bps.

”SBDK rupiah perbankan naik lima bps karena dua kelompok bank menaikkan suku bunganya yakni BPD 11 bps dan bank campuran enam bps. Sedangkan suku bunga tiga kelompok bank yang lain persero, swasta, dan kantor cabang bank asing (KCBA) tidak mengalami perubahan,” ujar Difi.

Sementara turunnya rata-rata suku bunga deposito rupiah satu bulan perbankan sebesar satu bps disebabkan suku bunga tiga kelompok bank yakni BPD, KCBA, dan campuran yang meningkat. Di mana tertinggi pada kelompok bank campuran sebesar delapan bps. (didik purwanto)

http://economy.okezone.com/read/2010/10/20/320/384289/pertumbuhan-kredit-terlalu-cepat

Tidak ada komentar: