Beginilah nasib anak perantauan yang nasibnya cuma bisa mudik setahun sekali, sebenarnya bisa saja mudik sesering kali tapi alasan ongkoslah yang menyebabkan hal itu terhambat.
Lagipula kalau tidak ada agenda yang penting di rumah, kenapa harus pulang kampung??hahaha..dasar anak durhaka.
Kemarin mulai mudik dengan kereta api eksekutif. Sebenarnya sudah dua kali lebaran ini saya mudik dengan menggunakan moda transportasi murah meriah tersebut.
Tapi ada yang berbeda soal pelayanannya, kali ini semua jenis layanannya sudah mulai dibenahi. Ini juga menjadi antisipasi karena penumpang kereta api banyak berkurang akibat tersedot atau beralih ke pesawat terbang.
Pertama, saya melihat pelayanan penjualan tiket. Kali ini penjualannya sudah lebih modern karena menggunakan jasa call center. Meski belum sempurna betul, tapi cukup saya acungi satu jempol buat layanannya. Sayangnya, penumpang pun belum beralih menggunakan jasa ini karena masih dianggap repot, apalagi yang belum melek teknologi.
Keluhan yang paling sering adalah susah nyambung dan tiket sudah habis. Padahal, calo di sekitar stasiun masih banyak. Alias tiket ini sudah diborong dan malah diperjualbelikan kembali melalui calo tersebut.
Tapi, yang bikin saya jengkel, kenapa tarif penjualan via agen lebih murah daripada penjualan via call center yang dibayar via ATM? Saya justru kena beban biaya administrasi sebesar Rp7.500. Sungguh biaya yang mungkin bagi sebagian orang itu kecil, tapi menurut saya itu besar. Padahal, layanan ini sudah online dan paperless. Aneh..
Kedua, saya salut dengan pelayanan penyambutan penumpang. Dimulai dari pintu masuk hingga penumpang duduk. Ternyata ada seorang pramugari (kalau di kereta namanya apa ya?) yang menyebutkan perjalanan dengan memakai kereta tersebut, termasuk ucapan terima kasih, penyebutan masinis, lama perjalanan hingga layanan yang diberikan selama perjalanan. Sayang suara speakernya masih jelek sehingga kedengaran tidak jelas.
Ketiga, hiburan. Ini yang paling asyik dan persis dilakukan seperti layanan bus antar kota antar propinsi (AKAP). Ternyata ada KA Tv yang menyajikan hiburan berupa musik hits, info layanan masyarakat, film, dan hiburan layaknya televisi sungguhan.
Tampaknya cara tersebut betul-betul dimanfaatkan sebaik mungkin untuk menggaet penumpang. Apalagi saya sempat masuk ke ruang pengoperasian layanan ini. Meski berada di ruang sempit samping toilet, tapi alat yang digunakan sudah cukup modern, jika tidak mau dibilang tradisional. Sayang juga audionya kurang terdengar hingga kursi belakang gerbong karena harus bersaing dengan deru kereta.
Keempat, colokan listrik. Wah, ini pertama kalinya saya merasakan bantuan luar biasa dari layanan ini. Apa jadinya saya jika pekerjaan yang saya lakukan dengan ponsel justru mati tiba-tiba karena baterainya habis. Untung ada colokan, jadi kerjaan saya bisa beres. Btw, saya hanya menemui layanan ini di kereta Argo Bromo Anggrek jurusan Jakarta - Surabaya. Saya belum ngecek di jurusan yang lain.
Kelima, toilet. Ini saya akui pelayanannya masih kurang karena tidak ada air yang cukup. Sementara kebutuhan air saat perjalanan merupakan hal penting. Untung, toiletnya tidak bau parah, meski airnya sedikit.
Sebenarnya ada kran, tapi tidak berfungsi. Alhasil, cuma ganti pakai tisu. Coba dong dibenahi dan kalau bisa ditambah mushola atau tempat ibadah.
Keenam, waktu perjalanan. Saya rugi satu setengah jam karena proses berangkat yang sudah mulai ngaret. Bagaimana mau maju kalau kita tidak memerbaikinya?
Apalagi ya? Kalian komentar saja deh, apa yang kurang dan apa yang bagus. Ini demi peningkatan layanan publik. Bagaimanapun juga layanan ini adalah jasa yang akan menjadi pilihan para traveller jika bepergian. Kalau tidak bagus, penumpang pun tidak mau masuk. Kalau sudah begini, Kapan Indonesia bisa menyaingi negeri tetangga? Jangan ribut mulu donk..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar