Hmmm..sah-sah saja sih untuk bisa berlebaran di kampung halaman. Apalagi momen tersebut akan mengingatkan kita dengan kampung halaman, teman kecil hingga suasana masa lalu yang hanya bisa kita kenang. Terlebih lagi, ampunan dari orang tua dan handai taulan. Padahal, Islam tidak mengajarkan kalau minta maaf hanya pada waktu lebaran saja dan tidak harus berdesak-desakan untuk bisa pulang kampung pas Idul Fitri tiba.
Biarlah...toh mereka memakai uang sendiri. Ternyata bagi yang dokunya mepet dan tidak bisa ke kampung halaman, mereka biasa mengirim pesan pendek (short message service/sms).
Meski sudah ada situs jejaring sosial, layanan sms pun masih menjadi tempat bagi masyarakat. Katanya, kurang afdhol jika tidak langsung (meski hanya lewat sms).
Nah, dari sekian banyak sms yang masuk, kita pasti mengenal pengirimnya. Saya mengutip pernyataan Prie GS, seorang penulis buku motivasi yang menulis demikian:
"Maka ketika di antara berondongan SMS itu masih terselip ada nama kita di dalamnya, ada SMS yang ditulis khusus untuk kita, ia akan segera menjadi SMS yang berbeda. Ia dekat, khusus, dekat dan penuh cinta. Ia sungguh SMS yang menggoda kita untuk segera membalas dengan kekhususan pula. Maka jika engkau mencintai saudaramu, kenapa engkau tak menggenapi cintamu dengan mengetik namanya dalam teleponmu. Karena hanya dengan menambahkan nama yang tak seberapa itu, engkau akan mendapatkan cinta saudaramu dengan kualitas yang tak pernah engkau duga sebelumnya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar