Islamic Widget

Sabtu, 01 Januari 2011

Kenapa Harus Merayakan Tahun Baru?

Tahun baru kali ini saya tidak merayakannya di tempat keramaian seperti yang dilakukan oleh banyak orang. Biasanya pun saya juga tidak merayakannya dengan gegap gempita, kembang api, terompet, cemilan segunung atau bahkan keliling kota hanya dengan sepeda motor butut saya.

Bagiku,tidak ada perayaan khusus di tahun baru karena momen pergantian tahun ini hanyalah sekadar pergantian tahun biasa dan saya sering kali tidak memaknainya lebih lanjut. Hingga 27 tahun saya berada di dunia ini, saya hanya merayakannya dua kali yaitu pada malam pergantian tahun baru 2008 dan 2009.

Perayaan tersebut juga terpaksa karena itu merupakan tuntutan kerjaan yaitu liputan pergantian tahun. Tahun 2008 itu saya merayakannya di sepanjang jalan Legian dan Kuta dengan berjalan kaki, tentunya sambil tanya kanan dan kiri seputar perayaan tahun barunya.

Begitu juga yang terjadi di tahun 2009. Tapi kali ini agak spesial karena saya merayakannya di pusat perbelanjaan terkemuka di kawasan Cilandak. Lagi-lagi ini juga terpaksa karena liputan bersama salah satu operator telekomunikasi tanah air.

Bahkan dini hari tadi, saya juga hanya menyaksikan kemeriahan pergantian tahun baru di ibukota melalui tempat jemuran di lantai dua kosan saya. Ah, semuanya masih sama, hanya meniup terompet dan menyalakan kembang api. Kalaupun ada konvoi, biasanya selalu membuktikan klakson. Itupun sekarang dilarang karena akan mengganggu ketenangan masyarakat sekitarnya.

Hingga saat ini saya belum tahu hal apa yang tepat dilakukan pada pergantian tahun tersebut. Saya pun ogah latah dengan mengikuti perilaku masyarakat sekitar dengan hal yang sama tiap momen tahunan itu.

Tapi yang pasti, dengan barubahnya kalender tersebut berarti jatah umurku kian berkurang. Misalkan saya hanya diberi jatah umur hingga 60 tahun, maka umurku hanya akan tersisa 33 tahun lagi.Masalahnya, dengan umur yang sudah kuhabiskan selama 27 tahun itu apakah sudah memberi manfaat kepada keluarga, teman, rekan seprofesi, rekan kantor hingga masyarakat sekitar. Tidak usah jauh-jauh apa kontribusi kita kepada negara, karena sampai saat ini saya juga belum menghitung kontribusi apa yang telah saya berikan, minimal kepada diri sendiri dan keluarga.

Tak terasa, waktu saya untuk bertemu dengan ajal semakin dekat. Dan tampaknya saya terlena karena saya hanya menghabiskan malam pergantian tahun baru dengan hura-hura, membuat keributan dengan meniup terompet dan menyalakan kembang api. Hahaha...

"Ga usah sewot kali, toh ini juga perayaan setahun sekali.Have fun dikit lah bro," ujar teman saya.

Hmmm..sah-sah saja memaknai momen pergantian tahun sesuai keinginan kita. Namun agar tidak terlewat batas, setidaknya kita bisa menghitung, untuk apa saja usiamu kau habiskan, dikemanakan saja hartamu dibelanjakan dan seberapa banyak ilmu yang kau miliki kau sebarkan.

Fiuhhh..sepertinya saya masih bisa merayakan tahun baru tanpa harus tiup terompet, bakar kembang api, bunyikan klakson hingga arak-arakan keliling kota sampai membuat macet dengan hanya bercengkerama sesama keluarga atau teman di rumah. Toh, intinya tetap sama. Tahun baru hanya ganti tanggal, bulan dan tahunnya saja. Yang penting kan perubahan sikap, tindakan dan pola pikir kita harus selangkah lebih maju dari sebelumnya.Have a nice new year!!

Tidak ada komentar: