Banyak orang berbondong-bondong ke Jakarta untuk mengadu nasib demi mencari sesuap nasi. Tapi setelah dipikir, apa sih enaknya bekerja di Jakarta?
Hari ini ada satu teman wartawan dari Bali yang hijrah ke Jakarta. Namanya Fery Kristyanto. Dulu dia kerja di Radar Bali, sekarang dia hijrah ke Tabloid KONTAN di Jakarta. Akhirnya, ketemuan di satu kantor deh.
Dulu (sewaktu di Bali), gw juga pernah ketemu dia. Tapi sekarang sudah lupa, gimana wajahnya ya? Masih ingat ga ya? Soalnya sampai hari ini (meski satu kantor), gw belum pernah ketemu.
Mengutip pernyataan dari blog teman, dia bilang ingin bekerja di Jakarta demi mengumpulkan pundi-pundi. Soalnya, selama kerja di Bali pundi-pundinya terasa tidak pernah terkumpul.
Namun ada yang menarik dari alasan kepergiannya ke Jakarta.
Tetapi tekanan itu juga menjanjikan pencerahan yang tak tergantikan. ”Di Jakarta kita akan ikut merasakan denyut nadi republik,” begitu kata kawan saya Eko Warijadi (alm) ketika di tahun 1996 merayu saya untuk ikut berangkat ke Jakarta. Ritme kerja yang penuh tekanan juga membiasakan kita untuk lebih cepat mengambil keputusan, menyusun frame persoalan dan membuat prediksi ke depan serta menyiapkan antisipasinya.
Benar atau tidaknya, terserah yang melakukan!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar