Islamic Widget

Jumat, 19 November 2010

Bunga Kredit Investasi Turun

Bank Indonesia (BI) mencatat bunga kredit investasi perbankan nasional hingga minggu kedua November mengalami penurunan sampai 26 basis poin (bps).

Namun, akibat bunga kredit konsumsi yang naik hingga 24 bps,suku bunga dasar kredit (SBDK) mengalami kenaikan tipis. ”Kelompok Bank campuran paling banyak menurunkan bunga kredit investasinya,” ungkap Kepala Biro Humas BI Difi A Johansyah dalam siaran pers di Jakarta, Kamis (18/11/2010).

Difi menjelaskan, bank campuran mulai menurunkan bunga kredit investasinya sebesar 16 bps dari 11,96% menjadi 11,8%, disusul bunga kredit bank asing yang turun 9 bps dari 9,65% menjadi 9,56%,bank swasta turun 2 bps dari 14,8% menjadi 14,78% dan bank BPD turun 1 bps dari 15,24% menjadi 15,23%. Sementara bank persero stagnan di level 13,66%. Di sisi lain, lanjut Difi, bunga kredit konsumsi terus meningkat.

Secara industri bunga kredit konsumsi naik 24 bps dari 15,46% menjadi 15,7%.Kenaikan bunga kredit konsumsi dikontribusikan dari bunga kredit bank asing dengan 218 bps dari 18,52% menjadi 20,7%,bank swasta naik 2 bps dari 14,99% menjadi 15,01%. Sementara lainnya stagnan yaitu bank persero (16,63%), BPD (15,45%) dan bank campuran (15,02%). Menurut Difi, selama pekan laporan, secara umum pergerakan suku bunga efektif kredit rupiah mengalami penurunan atau sama dengan pekan sebelumnya.

Adapun kelompok bank swasta dan bank asing menaikkan suku bunga kredit konsumsi efektif, sedangkan suku bunga kredit modal kerja efektif kelompok BPD naik 2 bps. Sementara itu, perkembangan suku bunga efektif kredit valas cenderung lebih stabil.Pergerakan yang cukup signifikan terjadi pada kelompok bank campuran, yakni menaikkan suku bunga kredit modal kerja efektif dan kredit investasi efektif masing-masing sebesar 73 bps dan 28 bps.

Dihubungi terpisah, pengamat perbankan Mirza Adityaswara menjelaskan, bunga kredit investasi perbankan mengalami penurunan disebabkan karena kompetisi. Sehingga otomatis perbankan harus efisiensi dalam pengelolaan biaya dana dan marjin bunga bersih untuk meningkatkan kreditnya.” Bunga kredit turun karena kompetisi, bukan karena disuruh turun oleh BI,”bebernya.

Sementara itu,Ekonom Kepala The Indonesia Economic Intelligent (IEI) Sunarsip menambahkan jenis kredit investasi di perbankan merupakan kredit yang kurang diminati oleh debitor. Namun, perbankan juga harus menjaga penyaluran kredit terutama di tiga segmen kredit, yaitu kredit modal kerja (KMK), kredit investasi (KI) dan kredit konsumsi (KK). ”Untuk menggenjot kredit, maka kredit investasi juga harus digenjot. Salah satunya dengan menurunkan bunga kredit investasi,” papar Sunarsip.

Mengenai bunga kredit konsumsi yang mengalami kenaikan, kata dia, disebabkan permintaan kredit konsumsi cenderung lebih meningkat dibandingkan kredit jenis lainnya.Selain itu,kredit konsumsi cenderung tidak memiliki jaminan. Sehingga untuk mengurangi risiko yang ada, maka perbankan cenderung menambahkan biaya dana sekaligus bunga kredit untuk mengantisipasi risiko gagal bayar (default) atas kredit konsumsi yang disalurkannya.

”Sebenarnya kredit konsumsi juga bisa turun, tapi penurunannya tidak bisa secepat dibandingkan kredit investasi dan kredit modal kerjanya,” katanya.

Direktur Konsumer Bank Mega Daniel Budirahaju mengatakan, kredit konsumsi cenderung diminati debitor. Sehingga perseroan juga meningkatkan bunga kreditnya untuk menekan risiko yang ada. ”Tapi kami cenderung menurunkan bunga kredit konsumernya,” ujar Daniel.

Di awal tahun lalu, Bank Mega memiliki bunga kredit konsumsi di level 14%.Tapi di kuartal III/2010 ini,bunga kredit konsumsinya bisa ditekan di level 13%. Penurunan tersebut disebabkan karena penurunan biaya dana (cost of fund). Apalagi marjin bunga bersih (NIM) perseroan juga turun dari 5,3% menjadi 5,1%.

Tidak ada komentar: