Orang Jakarta dan sekitarnya terbukti membeli 800 mobil per hari. Data tersebut berasal dari Polda Metro Jaya yang mencatat pergerakan dan perijinan mobil dan sepeda motor di wilayah ibukota.
Pertumbuhan pembelian otomotif tersebut disebabkan karena perekonomian Indonesia sedang membaik. Selain itu orang kaya baru (OKB) di Indonesia sudah mulai tumbuh. Alhasil, mereka membeli barang-barang konsumsi yang notabene sedang gencar ditawarkan oleh perbankan maupun industri perusahaan pembiayaan (multifinance).
Kinerja industri multifinance (perusahaan pembiayaan) dari tahun ke tahun makin cemerlang.Hal ini dipicu lonjakan penjualan mobil dan sepeda motor setiap tahunnya. Bahkan, tahun depan aset perusahaan pembiayaan diprediksi bisa tembus Rp276 triliun.
Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Wiwie Kurnia mengatakan, kinerja industri multifinance yang cukup baik tahun ini tidak terlepas dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus mengalami perbaikan.
“Kondusifnya pertumbuhan ekonomi,memengaruhi penjualan industri automotif baik penjualan mobil maupun motor. Tentu hal ini berdampak baik bagi pertumbuhan industri multifinance,” kata Wiwie di Jakarta, Selasa (16/11/2010).
Menurut Wiwie,jika kondisi tahun ini bisa dipertahankan hingga tahun depan,maka APPI optimistis aset multifinance bisa tumbuh 20% menjadi Rp276 triliun. Ini dengan asumsi jika sampai akhir tahun aset industri perusahaan pembiayaan bisa mencapai Rp230 triliun. ”Sebenarnya target 20% merupakan target konservatif. Biasanya bisa 25–30%,”ungkap dia.
Hingga September, aset multifinance meningkat 26% (ytd) atau 30% (yoy) menjadi Rp220,57 triliun. Nilai tersebut sudah melampaui target yang sebenarnya akan dicapai hingga akhir tahun ini yaitu sebesar Rp200 triliun.Peningkatan aset tersebut disebabkan pembiayaan mobil dan motor dalam periode yang sama naik 25% (ytd) atau 27% (yoy) menjadi Rp177,7 triliun.
Wiwie menjelaskan,pembiayaan tersebut banyak dikontribusikan dari pembiayaan mobil dan sepeda motor.Peningkatan pembiayaan mobil hingga Oktober sebesar 60,4% (ytd) dari 389.689 unit menjadi 625.322 unit. Hingga akhir tahun ditargetkan bisa tercapai 700.000 unit.”Tahun depan bisa naik menjadi sekitar 800.000 unit,”tambahnya.
Uniknya, lanjut Wiwie, pasar Jakarta menyerap sekitar 50% dari total pembiayaan mobil tersebut. Porsi tersebut disebabkan daya beli masyarakat Ibu Kota meningkat signifikan dari tahun ke tahun.
”Bahkan,dalam catatan Polda Metro Jaya ada sekitar 800 mobil baru per hari yang dicatatkan di sana.Ini berarti animo masyarakat dalam membeli mobil sangat besar.Tahun depan diprediksi ada 1.000 mobil baru per hari,”jelas dia.
Peningkatan signifikan juga disebabkan pembiayaan sepeda motor. Hingga akhir Oktober 2010, pembiayaan sepeda motor naik 30% (yoy) atau 13% (mom) menjadi 6.205.377 unit.
Target hingga akhir tahun mencapai 7 juta unit.Sekitar 25% dari penjualan sepeda motor tersebut terserap ke pasar Jakarta atau mencapai 1,75 juta unit. Di Polda Metro bisa tercatat sekitar 3.500–4.000 unit sepeda motor per hari.
”Tahun depan diperkirakan akan tumbuh menjadi sekitar 8–8,4 juta unit sepeda motor atau tumbuh sekitar 20%,”jelasnya.
Peningkatan penjualan alat transportasi berupa sepeda motor dan mobil ini,kata Wiwie,dipengaruhi oleh kurang minatnya warga Ibu Kota terhadap alat transportasi umum,seperti naik kereta api,bus kota,atau Transjakarta.
Ekonom BNI Ryan Kiryanto menilai pasar automotif di Tanah Air masih menarik untuk dibiayai baik dari perbankan maupun multifinance. Hal itu seiring dengan permintaan barang yang diikuti oleh produksi barang yang seimbang.
”Justru kondisi tidak bagus bila produksi berlebih tapi permintaan berkurang. Meski harga diturunkan dan daya beli lemah maka industri tidak akan tumbuh,”kata Ryan.
Permintaan automotif khususnya mobil,lanjut Ryan,di tahun ini justru relatif lebih bagus dibandingkan tahun lalu. Indikatornya adalah daya beli meningkat seiring dengan pertumbuhan makroekonomi. Masalah hanya muncul karena penyerapan kredit automotif banyak dilakukan di Ibu Kota.
”Itu problemnya, tapi ini jangan disalahkan industrinya, tapi infrastrukturnya.Jika industri tidak jalan, maka penyerapan tenaga kerja juga turun, ini yang menimbulkan gejolak sosial,”katanya.
Saran Ryan,industri pembiayaan automotif bisa mendiversifikasi lokasi dengan tidak hanya menyasar pasar Jawa, tapi bisa dialihkan ke luar Pulau Jawa.
”Jika hanya di Jawa, lama-lama kan jenuh. Orang akan frustrasi kalau habis beli mobil, terus macet,”pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar