Bank Indonesia (BI) akan menyatukan sistem pembayaran (national payment gateway/NPG) pada mesin ATM perbankan seluruh Indonesia. Rencana tersebut akan direalisasikan pada kuartal III/2011.
Dengan sistem interkoneksi pada seluruh mesin ATM tersebut, maka penyedia jasa ATM akan saling terkoneksi satu dengan yang lain. Hingga saat ini ada tiga jaringan nasional penyedia jasa ATM yaitu PT Artajasa Pembayaran Elektronis (Artajasa),PT Rintis Sejahtera (Prima) dan PT Daya Network Lestari (ALTO).
”Dengan interkoneksi tersebut maka nasabah BCA bisa melakukan transaksi dengan Bank Mandiri, atau sebaliknya. Saat ini kan belum bisa,” ungkap Kepala Biro Kebijakan dan Pengembangan Sistem Pembayaran BI Aribowo di Jakarta,Kamis (11/11/2010).
Dia mengatakan, sistem interkoneksi ini akan membuat sistem pembayaran perbankan nasional makin efektif dan efisien. Sehingga nasabah masing-masing bank tidak akan direpotkan dalam melakukan transaksi di masing-masing ATM. Nantinya,kata Aribowo, bank sentral juga akan menyatukan koneksi antara mesin ATM dan mesin electronic data capture (EDC) di masing-masing merchant.
”Tapi untuk masalah ini sedang kita bicarakan dengan asosiasi,”katanya.
Menurut dia, selain berbicara dengan perbankan dan perusahaan penyedia jasa ATM, BI juga menggandeng PT Telekomunikasi Indonesia.
”Kami mengajak Telkom yang mengetahui tentang aspek teknologinya,” katanya.
Kendati demikian, regulator perbankan tersebut belum menentukan biaya interchange atas interkoneksi jaringan ATM tersebut. Namun, Aribowo meyakini biaya interchange perbankan semakin lama semakin menurun.
”Kami masih studi untuk tentukan biaya interkoneksinya. Tapi ini tugas asosiasi untuk menyepakati harga transaksi interchange tersebut,” ungkapnya.
Ketua Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) Budi Gunadi Sadikin menjelaskan pihak asosiasi akan menciptakan satu standar sistem pembayaran yang murah, efisien dan mudah diakses masyarakat.
Dengan standardisasi ini,maka nantinya cukup satu mesin ATM untuk transaksi dari berbagai bank. Nantinya satu mesin ATM ini, kata dia,bisa melakukan transaksi ke ATM lain atau bisa juga untuk transaksi kartu debit. Standardisasi ini tentu akan memudahkan perputaran atau perbelanjaan dari nasabah.
”Sehingga akan memperbaiki perdagangan maupun ekonomi Indonesia,”kata Budi.
Selain masalah penyatuan sistem pembayaran ATM,lanjut Budi, ASPI akan membuat standarisasi teknologi yang dapat menjangkau daerah terisolir.Asosiasi akan membuat 2 hingga 5 standarisasi teknologi per tahun.
”Sehingga (standar) itu bisa dipakai bank-bank peserta atau nonpeserta agar dapat menjadi arahan mereka dalam membangun sistem,”paparnya.
Budi menganggap bahwa standarisasi yang mendesak yang akan diatur adalah transaksi prabayar. Hingga saat ini ada dua bank besar yang memiliki transaksi prabayar relatif lebih besar dibandingkan bank lainnya.
”Itu perlu disamakan. Transaksi ATM juga belum semua tersambung,”ujarnya.
Untuk bisa melakukan hal tersebut, Budi menjelaskan, pihak asosiasi akan berdiskusi antarbank. Harapannya dengan duduk bersama sesama pemain bank maka akan dapat disepakati atas standarisasi penyatuan sistem pembayaran tersebut. Jika standar sama, maka makin banyak pemakai dan makin mudah bagi nasabah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar