Islamic Widget

Kamis, 04 November 2010

Kredit Perbankan Tumbuh 21,09%

Bank Indonesia (BI) mencatat total penyaluran kredit perbankan hingga Oktober telah mencapai Rp1.659,47 triliun.Angka tersebut naik 21,09% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Kepala Biro Hubungan Masyarakat BI Difi Ahmad Johansyah mengatakan, kenaikan kredit tersebut ditopang meningkatnya jumlah penyaluran kredit perbankan dalam sepekan (25-29 Oktober 2010) sebesar Rp12,05 triliun. ”Kredit tersebut lebih tinggi dari rata-rata per pekan sebesar Rp7 triliun sehingga pertumbuhan kredit secara year to date menjadi 16,03% dan year on year (yoy) sebesar 21,09% menjadi Rp1.659,47 triliun,” ujar Difi di Jakarta, Rabu (3/11/2010).

Menurut Difi, kenaikan kredit selama sepekan laporan sebagian besar dibiayai dari dana pihak ketiga (DPK) yang bertambah sebesar Rp10,26 triliun dalam seminggu menjadi Rp2.149,74 triliun. Secara year to date DPK pun naik 9,10% menjadi Rp179,3 triliun atau 17,06% (yoy) menjadi Rp313,25 triliun. Perkembangan kredit, lanjut dia, seperti tren pada tahun-tahun sebelumnya,menjelang akhir tahun intermediasi perbankan semakin membaik.Kredit dalam bentuk rupiah naik sebesar Rp8,18 triliun, sedangkan kredit valas naik Rp3,87 triliun.

Dengan demikian, selama 2010 kredit tercatat naik Rp229,27 triliun dan secara year on yearnaik Rp298,12 triliun. ”Kenaikan kredit rupiah dalam sepekan terakhir terjadi pada semua kelompok bank, dan tertinggi pada kelompok bank swasta dan persero masing-masing naik Rp2,88 triliun dan Rp2,46 triliun,”katanya. Sementara untuk kredit valas, kata Difi, hanya kelompok Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang tidak mengalami peningkatan.

Peningkatan tertinggi terjadi pada kelompok bank persero dan swasta masing-masing Rp1,58 triliun dan Rp1,32 triliun. Mengenai suku bunga,Difi menuturkan, berdasarkan laporan perbankan selama sepekan, mereka cenderung tidak banyak mengubah kebijakan suku bunganya, baik rupiah maupun valas. Spread suku bunga rupiah hanya mengecil dari 1 bps dari 5,69% menjadi 5,68%.Hal itu karena peningkatan tipis rata-rata suku bunga deposito satu bulan dalam rupiah.

”Sementara suku bunga dasar kredit (SBDK) industri perbankan tidak berubah, ”ungkapnya.

Menurut dia, hanya kelompok bank campuran dan bank asing yang masing-masing menurunkan SBDK rupiah sebesar 1 bps.Namun, penurunan yang sangat tipis tersebut tidak berdampak pada SBDK rupiah industri perbankan yang stabil pada angka 12,19%.

Sementara itu, kenaikan tipis rata-rata suku bunga deposito rupiah satu bulan disebabkan kenaikan suku bunga pada kelompok BPD sebesar 6 bps. Namun, kenaikan tersebut diimbangi dengan penurunan rata-rata suku bunga deposito satu bulan pada kelompok bank asing dan campuran yang masing-masing turun 6 bps. Pada instrumen valas, baik SBDK maupun rata-rata suku bunga deposito satu bulan, cenderung tidak berubah. Hanya kelompok campuran yang menurunkan SBDK-nya 1 bps.

Berdasarkan jenis penggunaan, suku bunga efektif rupiah untuk kredit konsumsi (KK) lebih tinggi dari kredit modal kerja (KMK) dan kredit investasi (KI) pada empat kelompok bank (persero, swasta, bank asing, dan campuran), tertinggi pada bank asing sebesar 20,80%.

Secara terpisah, ekonom Standard Chartered Bank Eric Sugandhi pesimistis pertumbuhan kredit tahun ini bisa menembus level 22- 24%. Pertumbuhan kredit secara year to datebaru mencapai 16,03%.

”Secara year on year memang tinggi, tapi saya pesimistis bisa menembus 22-24% hingga akhir tahun,” kata Eric.

Menurut dia, pertumbuhan penyaluran kredit ideal hingga akhir tahun secara moderat bisa tumbuh sekitar 20-22%.Target rencana bisnis bank (RBB) sebesar 22-24% bisa dicapai jika perbankan bisa meningkatkan kredit sebesar 8% hanya dalam waktu dua bulan.

Tidak ada komentar: